Gelombang Pengungsi Afghanistan Dikhawatirkan Landa Eropa

Sejumlah negara Eropa khawatir kekuasaan Taliban secara tiba-tiba di Afghanistan membuat jumlah migran atau pengungsi melonjak.
Mengutip AP, Sabtu (21/8), pemerintah Austria menyarankan untuk mendirikan pusat deportasi di negara tetangga Afghanistan. Dengan demikian, negara-negara di Uni Eropa dapat mendeportasi warga Afghanistan yang ditolak, ke tempat tersebut.
Negara-negara Eropa cemas terjadi krisis pengungsi dari Afghanistan terutama setelah melihat adegan putus asa orang-orang yang berpegangan pada pesawat yang lepas landas dari bandara Kabul.
AS dan sekutunya, NATO berjuang untuk mengevakuasi ribuan warga Afghanistan yang takut akan dihukum oleh Taliban karena telah bekerja dengan pasukan barat. Namun, sejumlah warga Afghanistan lainnya tak dievakuasi oleh AS.
Dengan begitu, masih ada banyak warga Afghanistan yang ingin meninggalkan negaranya setelah Taliban menduduki Istana Kepresidenan di negara tersebut.
Sementara, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membicarakan tentang migrasi dari Afghanistan melalui telepon dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis.
Erdogan menyebut pihaknya telah memperkuat pengamanan di perbatasan timur. Hal ini sudah dilakukan sejak 2017 lalu.
Namun, jurnalis AP bertemu dengan puluhan warga Afghanistan di dekat perbatasan Turki dengan Iran. Mayoritas adalah pria muda, tetapi ada beberapa perempuan dan anak-anak..
Mereka masuk perbatasan pada malam hari dalam kelompok-kelompok kecil. Warga Afghanistan tersebut meninggalkan negaranya karena ingin melarikan diri dari Taliban, kekerasan, dan kemiskinan.
"Taliban sudah merebut seluruh Afghanistan. Tidak ada pekerjaan di Afghanistan, kami terpaksa datang ke sini," kata salah satu warga Afghanistan tersebut.
Pengamat mengatakan belum ada indikasi gerakan massa melintasi perbatasan. Namun, pihak berwenang di Turki mengatakan pihaknya telah mencegat 35 ribu warga Afghanistan yang memasuki negara itu secara ilegal sepanjang tahun ini.
Krisis Pengungsi 2015 TerulangSementara, mengutip Reuters, Uni Eropa mengaku khawatir krisis pengungsi yang terjadi pada 2015 kembali terulang. Saat itu, hampir 1 juta orang melarikan diri dari perang kemiskinan di Timur Tengah dan sekitarnya.
Mereka menyeberang ke Yunani dari Turki sebelum melakukan perjalanan ke utara atau ke negara-negara kaya.
Yunani berada di garis depan krisis saat itu. Pemerintah Yunani menyebut pihaknya telah mengantisipasi agar tak menjadi pintu masuk pengungsi seperti 2015 lalu.
Menteri Perlindungan Warga Yunani Michalis Chrisochoidis mengatakan krisis Afghanistan telah menciptakan potensi arus migran.
"Kami tidak bisa menunggu secara pasif untuk dampak yang mungkin terjadi. Perbatasan akan kami pastikan aman dan tidak diganggu gugat," ucap Chrisochoidis.
Chrisochoidis mengatakan pihaknya telah memperpanjang pagar sepanjang 12,5 km. Perpanjangan itu telah selesai beberapa hari lalu.
Selain itu, Yunani juga membuat sistem pemantauan elektronik otomatis untuk memantau jalur migrasi. Sementara, Yunani mencatat kedatangan migran baik melalui darat dan laut melambat sejak 2016.
Turki Tolak Jadi Gudang PengungsiSementara itu Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan dia tidak mau negaranya menjadi tempat penampungan para pengungsi Afghanistan yang ingin menuju Eropa.
Erdogan juga mendesak seluruh negara Eropa berbagi tanggung jawab menampung arus pengungsi dari Afghanistan, karena diperkirakan arus pendatang setelah Taliban berkuasa bakal melonjak.
"Turki tidak bisa menjadi tempat penampungan para pendatang di Eropa," kata Erdogan, seperti dilansir Reuters, Jumat (20/8).
Erdogan menyatakan pemerintahannya sudah memperkuat penjagaan di kawasan perbatasan dengan Iran yang kerap menjadi perlintasan pengungsi dari Afghanistan. Bahkan mereka membangun tembok pembatas untuk menghalau arus pengungsi.
Turki menambah jumlah pasukan penjaga perbatasan buat mengawasi arus pengungsi dari Afghanistan yang melewati wilayah Iran. Pemerintah setempat membangun tembok pembatas dan menara pengawas di Provinsi Van dekat perbatasan Iran.
Tembok pembatas itu akan dilengkapi dengan kawat berduri dan menara pengawas.
(aud/sur)[Gambas:Video CNN]
0 Response to "Gelombang Pengungsi Afghanistan Dikhawatirkan Landa Eropa"
Post a Comment